Example floating
Example floating
Example 728x250
Berita Covid-19Berita LokalBerita Nasional

Studi Analisis Perbincangan Isu Corona, Masyarakat Semakin Paham Covid-19

468
×

Studi Analisis Perbincangan Isu Corona, Masyarakat Semakin Paham Covid-19

Share this article
Example 468x60

Radarcikarang – Lembaga Penelitian, Publikasi dan Pengabdian Masyarakat, London School Public Relations (LSPR) melakukan Studi Analisis Perbincangan Isu Coronavirus Disease (Covid-19) di Media Daring dan Media Sosial di Indonesia bersama Dr. Lestari Nurhajati, Rudi Sukandar, Ph.D, Rani Chandra Oktaviani, M.Si dan Xenia Angelica Wijayanto, S.H., M.Si.

Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi LSPR, Dr. Lestari Nurhajati menyatakan tren perbincangan masyarakat di jagat media sosial, cenderung semakin positif memahami situasi di masa pandemi Covid-19.

Gunakan KUPON : DISKONQU (untuk mendapatkan diskon)
Example 300x600
Gunakan KUPON : DISKONQU (untuk mendapatkan diskon)

“Yang kami teliti, tren pembicaraan. Intinya masyarakat makin positif memahami situasi. Mampu menanggulangi. Meskipun tetap harusnya pemerintah jadi komando. Tapi masyarakat nggak seperti di awal-awal yang cukup panik,” ujarnya kepada media, Kamis, (7/5/2020).

Inilah yang membuat para peneliti merasa lega, bahwa apa yang tengah diteliti, sesuai dengan kondisi real-nya. “Ada kesesuaian meskipun tetap harus ada yang perlu dikritisi. Misalnya awal April pemerintah masih diminta lebih serius, bekerja keras lagi menangani masalah. Ini jadi perbincangan serius. Meskipun kita tahu pemerintah juga kesulitan. Ternyata masyarakat juga mampu bersama-sama berjuang (bersikap positif),” imbuhnya.

Awal penelitian ini dimulai dengan melihat pemahaman masyarakat umum akan wabah covid ini, sehingga banyak sekali perbincangan, baik di medsos maupun di lapangan. “Kita lihat ada fenomena apa yang bisa kita pelajari, dan trennya seperti apa,” imbuhnya.

Lestari menyatakan, teknik pengambilan data analisis sendiri dilakukan sepanjang 2 Maret hingga 7 April 2020. “Ada alat untuk melihat percakapan dengan kata kunci corona virus pada 2 Maret hingga 7 April. Kita coba lacak saat 2 Maret pengumuman pertama kasus Covid, percakapan orang-orang awal-awalnya itu trennya masih negatif. Orang masih belum berdiskusi secara serius karena tidak ada kepastian dan kejelasan, ini persoalan serius yang kita amati,” ujarnya.

Pada tanggal 30 Maret, saat presiden menetapkan status darurat nasional, dari sana mulai nampak ada kepastian dari masyarakat. Masyarakat mulai bergerak ke arah positif, memahami, meskipun tetap ada perbincangan negatif. Tapi lebih banyak berbicara positif di media sosial dan media daring.

“Pada 7 April, dari tren perbincangan, makin ada kemauan dari masyarakat. Saya rasa salah satu yang positif, contohnya kasus Covid-19 yang terjadi di perumahan Grand Wisata, Tambun Bekasi, ada gotong royong warganya, meski tetap waspada, kerjasama tetap,” ungkap Lestari.

Sebelumnya hal tersebut juga terjadi di Cimahi. Tetapi, justru, kata Lestari, sebelum Cimahi dipuji, masyarakat Bekasi jauh lebih sadar dan memproteksi diri bahkan melindungi yang terkena. “Ini bentuk yang harus dimunculkan bersama. Riset kami ada kaitan dengan kondisi real di masyarakat,” jelasnya.

Lestari mengungkapkan pihaknya memang belum memiliki data dari negara lain, namun jika melihat situasi atau prediksi yang ada dari peneliti lain, penanganan Indonesia memang agak lambat namun bukan yang terburuk. “Intinya kita bisa mulai bangkit,” tegasnya.

Adapun penelitian berdasarkan prediksi kapan berakhirnya wabah, Lestari menyatakan pihaknya tidak sampai sejauh itu karena penelitian dilakukan para peneliti dari Ilmu Sosial dan Komunikasi.

“Kita ilmu sosial, ilmu komunikasi hanya melihat literasi media, perbincangan, literasi media kita memang agak lambat, tapi banyak aktivis literasi media berjuang agar masyarakat tidak terjebak hoaks,” kata Lestari.

Isu seputar corona bahkan bukan hanya terjadi di Indonesia, Lestari menyatakan, semua sedang berjuang memerangi isu hoaks di seluruh dunia. “di Indonesia kita berjuang bersama memerangi. Media juga harus berjuang membawa berita baik. Ini menarik. ini harus ada keterbukaan media menerima info berbeda. Saling menjaga,” ujarnya.

Oleh karena itu Lestari berpesan, pertama, untuk pemerintah agar selalu memproduksi berita positif, melalui gugus tugas. Juga harus makin banyak konten positif dan membangun optimisme.

“Ketika masyarakat menerima konten kita harus bergotong royong. Di daerah juga makin banyak yang memberikan bantuan sosial. Kita paham pemerintah lebih berlewajiban tapi masyarakat harus saling mendukung dan membangun situasi optimis,” pungkasnya. (*)

Example 300x600
Example 120x600