Home Opini Menjadikan Ramadan Sebagai Inkubator Kesholehan

Menjadikan Ramadan Sebagai Inkubator Kesholehan

by admin

Oleh : Tri Winarto. S.Pd.I. M.Pd

( Dosen Agama Islam Politeknik LP3I Cikarang dan Direktur Pendidikan Pondok Pesantren Yaa Bunayya Purwakarta)

Tidak terasa hari ini kita masuk di bulan Romadhon bulan yang penuh dengan keberkahan dan kemuliaan. Bagi orang-orang yang tidak beriman Ramadhan dipandang sebagai rutinitas tahunan yang selalu hadir, tapi bagi orang yang beriman mereka memiliki cara pandang yang berbeda mereka memandang Ramadhan adalah bulan yang didalamnya penuh dengan keberkahan dan kemuliaan.

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (Al Baqarah 183)

Ayat ini jelas bahwa yang diperintahkan untuk menjalankan puasa adalah orang-orang yang beriman orang-orang yang memiliki keyakinan di dalam hatinya dicapkan dengan lisan dan diamalkan dengan perbuatan.  Orang yang beriman akan segera menyambut seruan ini dan kemudian bergembira dan mempersiapkan Segala potensi yang dimiliki untuk masuk di bulan penuh dengan keberkahan

Rasulullah SAW bersabda

Barangsiapa berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. (Hadits Riwayat Bukhari Muslim)

Mereka akan mempersiapkan segala sesuatunya dengan harapan Ramadhan tahun ini menjadi lebih baik dibandingkan tahun-tahun yang lalu, orang beriman berkeyakinan bahwa Ramadhan akan ada dengan ada dan tiadanya kita,  Ramadan tidak akan pernah rugi ketika ada diantara kita yang tidak berpuasa atau tidak menjalankan berbagai amal-amal didalamnya, tapi justru kitalah yang akan merugi ketika Allah sediakan sebuah momentum sebuah masa yang didalamnya penuh dengan keberkahan dan ampunan kita tidak memanfaatkan momentum itu

Kita menyaksikan fenomena banyak saudara-saudara kita yang puasanya di awal saja kemudian mereka berbuka alias tidak puasa,  kalau kita kembali kepada ayat tadi dalam surat Al Baqarah 183 maka muncul pertanyaan dalam hati kita kalau model puasa seperti ini apakah kita termasuk kedalam orang-orang yang disebut dalam ayat tersebut ? Apakah betul keimanan kita, ketika Allah perintahkan sebuah kewajiban kemudian kita memiliki pilihan-pilihan lain dan kemudian kita meninggalkan perintah itu ? maka ini bukan tanda orang-orang beriman

Para pembaca yang dirahmati Allah banyak amal-amal yang bisa kita lakukan di bulan Ramadan ini kemudian Allah Subhanahu Wa Ta’ala akan memberikan balasan dengan balasan yang berlipat, sayang sekali ketika kita tidak memanfaatkan momentum ini. Kita tidak akan pernah menemukan sebuah bulan yang di mana nuansa spiritual yang begitu kuat, begitu luar biasa sehingga mampu menggerakkan hati manusia untuk mereka taat kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala kecuali bulan Ramadhan

Momentum ini kita bisa jadikan sebagai momentum inkubator kesholehan,  selama 30 hari kita di tarbiyah untuk melakukan berbagai amal amal sholeh dengan harapan kita menjadi pribadi pribadi yang baik pribadi pribadi yang bertakwa dan pribadi-pribadi yang sholeh yang tentunya ini menjadi modal besar kita di dalam mendidik anak-anak kita.

Paling tidak ada tiga hal yang bisa kita ambil pelajaran dari Romadhon ini yang kemudian menjadi wasilah untuk kita mencetak generasi-generasi yang sholeh dan sholehah dari rumah kita.

  1. Momentum Kesalehan

Semua orang di hari ini merasakan peningkatan spiritual yang sangat signifikan, kita bisa melihat berbagai indikator diantaranya adalah masjid-masjid yang mulai ramai, jumlah infaq shodaqoh masjid juga bertambah dibandingkan bulan-bulan sebelumnya, fenomena berbagi  kita saksikan di mana-mana, siaran televisi banyak menyajikan siaran bernuansa spiritual.  

Momentum kesalehan ini menjadi modal dasar kita untuk menjadi guru terbaik di rumah tentunya untuk anak istri ataupun orang-orang yang berada di rumah kita. Kesalehan seorang ayah akan sangat berpengaruh kepada orang-orang yang ada di dalam rumah tersebut,  dalam salah satu penggalan hadis  Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam kepad sahabat muda Abdullah Ibn Abbas

“ ………….Jagalah Allah, Allah akan menjagamu…..( HR. Tirmidzi)

Ada pertanyaan barangkali dari kita Allah maha perkasa Kenapa perlu kita jaga?  ternyata maksud hadis ini adalah kita menjaga Allah maknanya kita melakukan berbagai ketaatan, termasuk di dalamnya menjaga Salat kita. Jika berbagai ketaatan sudah kita lakukan maka Allah akan memberikan penjagaan kepada kita baik kepada diri kita harta kita anak kita bahkan dunia kita. 

Kita membutuhkan penjagaan Allah dalam setiap hal. Tapi pertanyaannya adalah kalau salat kita saja sering telat sedekah sedekah kita minimalis sehingga kita berkesimpulan “kita tangguh dalam urusan dunia tapi rapuh dalam urusan akhirat” maka penjagaan seperti apa yang kita inginkan dari Allah subhanahu wa ta’ala karena kita tidak memiliki modal kesalehan.

Maka kemudian bagi mereka orang-orang yang yang menjaga hubungannya dengan Allah Subhanahu Wa Ta’ala makalah berikan penjagaan kesalehan anak kesalehan istri kebaikan rumah tangganya dan lain sebagainya.  Jadi  kesalehan seorang suami sangat dibutuhkan di dalam rumah tangganya terlebih dalam proses pendidikan anak-anaknya

Konsep pendidikan terbaik bukan dari seberapa besar uang yang kita keluarkan tapi dari seberapa soleh kita sebagai orang tua.  Maka saat yang tepat ketika Romadhon kita jadikan sebagai momentum kesalehan sebagai modal awal dalam proses mendidik anak dan keluarga.

2.  Momentum kebersamaan

Tidak ada hari di mana sebuah keluarga berkumpul untuk makan bersama di waktu sebelum subuh kecuali di bulan Ramadhan,  sulit bagi kita untuk menemukan suatu hari bisa berkumpul bersama keluarga menunggu waktu adzan maghrib selain di bulan Romadhon. Maka menjadi suatu langkah yang tepat ketika momentum kebersamaan itu kita jadikan sebagai media dalam proses pendidikan kepada anak-anak,  bisa kita lakukan dengan berbagai cara diantaranya

  1. Kultum keluarga
  2. Tadarus bersama
  3. Menceritakan kisah dalam Sirah Nabawiyah ataupun sirah sahabat
  4.  Saling curhat

            Jika hal ini kita lakukan  maka akan banyak masalah yang terselesaikan,  sumbatan sumbatan komunikasi akan kembali lancar

3.  Metode

Ketika modal spiritual sudah kita miliki modal momentum kebersamaan juga sudah  tersedia maka kita membutuhkan metode yang tepat di dalam dalam melakukan  proses Tarbiyah di keluarga.  Dan salah satu metode pendidikan di dalam Islam adalah kisah.  Sungguh sangat menarik ketika momentum kebersamaan itu kita gunakan untuk membacakan kisah-kisah manusia-manusia teladan dengan harapan anak-anak kita memiliki tokoh tokoh idola terbaik yakni Baginda Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam beserta para sahabatnya. Bisa jadi fenomena menurunnya moralitas anak-anak zaman sekarang dipengaruhi oleh minimnya keteladanan dan tokoh panutan.  Tidak banyak diantara anak-anak kita yang mengenal pribadi mulia Nabi Shallallahu alaihi wasallam dan para sahabatnya tapi mereka lebih mengenal pemain sepakbola,  bintang film,  tokoh-tokoh parodi dan lain sebagainya

Kita teringat kisah satu sahabat bernama Anas bin Malik yang kemudian menjadi seorang yang hebat,  ternyata salah satu metode yang digunakan oleh ibundanya yakni Ummu Sulaim adalah dengan selalu menceritakan sosok mulia Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam sehingga tertanam kuat di dalam benak putranya yakni Anas Bin Malik  bahwa “Tidak ada manusia terbaik di muka bumi ini kecuali Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam”

Pembaca yang budiman tiga hal ini yakni momentum kesalehan momentum kebersamaan dan metode,   tiga hal yang bisa kita lakukan sebagai ikhtiyar kita dalam mencetak generasi terbaik dari rumah-rumah kita.

Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala meringankan beban kita dan memudahkan segala urusan kita di dalam mendidik keluarga kita

Related Articles