Ada ungkapan menarik bahwa Ramadan akan terus berjalan dengan ada dan tiadanya kita. Tidak terasa sebentar lagi termin pertama Ramadan akan usai dari tiga termin yang ada. Kita mulai dapat menemukan fenomena di masjid-masjid mulai berkurang jamaahnya, tilawah Al qur’an sudah mulai mengendor dan hasrat “ramadan kapan usai” semakin menggelora di dalam hati. Sebuah fenomena yang wajar karena tidak semuanya akan mampu menyelesaikan Ramadan dengan sebaik-baiknya.
Kita teringat dengan ayat yang sering kita dengar di dalam surat Al – Baqarah ayat yang ke 183 Allah menyampaikan bahwa yang akan mendapatkan keberhasilan Romadhon berupa ketakwaan hanyalah orang-orang beriman saja,
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (Al Baqarah 183)
Mereka adalah orang-orang yang berpuasa dengan penuh kesadaran dan keyakinan bahwa puasa Ramadan bagian dari nikmat yang besar yang Allah berikan kepada hamba-hambanya. Kemudian memaksimalkan sumber daya yang dimiliki untuk mengerjakan berbagai amal-amal di dalam bulan Ramadhan, di sana ada proses tazkiyatun nafs atau pembersihan jiwa ada juga tentang makna kepedulian ada juga tentang bukti kesungguhan seorang hamba kepada Robbnya semuanya terbingkai dalam waktu yang disebut dengan bulan Ramadan
Sebagai orang beriman akan menjadikan Ramadan betul-betul menjadi tempat untuk meningkatkan kualitas dirinya di hadapan Allah swt dia akan mencurahkan segala doa terbaiknya, mohon ampun atas berbagai dosa dan betul-betul merendah serendah-rendahnya di hadapan Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan mereka orang-orang beriman selalu berharap selesai Ramadan nanti banyak kebaikan yang bisa didapatkan tentunya menjadi pribadi yang bertakwa.
Kita sadari bersama dari berbagai informasi yang kita dapatkan baik dari nasehat-nasehat para alim ulama atau ayat-ayat Quran yang kita baca dan hadis Nabi Shallallahu alaihi wasallam menjelaskan betapa Mulianya orang-orang bertaqwa sehingga Allah akan memberikan berbagai kebaikan kepadanya. Salah satunya ketakwaan itu akan menjadi salah satu pijakan atau tolak ukur seorang melakukan kebaikan, orang bertakwa akan memiliki pilihan-pilihan dalam kehidupannya dengan pilihan terbaik pilihan yang selalu dibimbing oleh Allah subhanahu wa ta’ala dalam segala hal sehingga menjalani kehidupan sesuai dengan arahan dan bimbingan Allah Subhanahu Wa Ta’ala
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِن تَتَّقُوا۟ ٱللَّهَ يَجْعَل لَّكُمْ فُرْقَانًا وَيُكَفِّرْ عَنكُمْ سَيِّـَٔاتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ۗ وَٱللَّهُ ذُو ٱلْفَضْلِ ٱلْعَظِيمِ
“Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan furqan (kemampuan membedakan antara yang hak dan batil) kepadamu dan menghapus segala kesalahanmu dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Allah memiliki karunia yang besar”. Al Anfal 29
Casino 1win is a reputable online casino and betting platform that offers a diverse selection of casino games and sports betting options. With its user-friendly interface, competitive odds, secure environment, and attentive customer support, 1win online provides an enjoyable and reliable gambling experience for players around the world.
Oleh karena itu untuk menguatkan semangat kita di dalam menjalani hari-hari Ramadan ada dua hadis Nabi Shallallahu alaihi wasallam yang bisa kita jadikan renungan agar ramadhan kita betul-betul bermakna yaitu :
- Jauhilah hal yang haram
Dari Abu Hurairah dia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
مَنْ يَأْخُذُ عَنِّي هَؤُلَاءِ الكَلِمَاتِ فَيَعْمَلُ بِهِنَّ أَوْ يُعَلِّمُ مَنْ يَعْمَلُ بِهِنَّ»؟ فَقَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ: فَقُلْتُ: أَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ، فَأَخَذَ بِيَدِي فَعَدَّ خَمْسًا وَقَالَ: «اتَّقِ المَحَارِمَ تَكُنْ أَعْبَدَ النَّاسِ، …………
“Siapa yang mau mengambil kalimat-kalimat itu dariku lalu mengamalkannya atau mengajarkan pada orang yang mengamalkannya?” Abu Hurairah menjawab: ‘Saya, wahai Rasulullah.’ Beliau meraih tanganku lalu menyebut lima hal; jagalah dirimu dari keharaman-keharaman niscaya kamu menjadi orang yang paling beribadah kepada Allah, …………….” (HR. Tirmidzi)
“Jagalah dirimu dari keharaman-keharaman niscaya kamu menjadi orang yang paling beribadah kepada Allah.” Saudaraku sekalian, ternyata untuk menjadi orang yang paling beribadah kepada Allah yaitu dengan cara meninggalkan keharaman. Kenapa demikian? Karena sesuatu yang haram apabila kita lakukan membuat hati kita hitam dan kelam. Ketika hati kita sudah hitam dan kelam, maka ibadah pun menjadi berat atas kita. Maka dari itulah orang yang paling mudah beribadah adalah orang yang paling bening hatinya. Semakin hati seorang hamba itu bening dari maksiat, maka semakin dia akan mudah didalam beribadah.
Imam Ibnu Qoyyim dalam Adda’ Wa Ad Dawaa menjelaskan “ Di antara dampak maksiat adalah hati pelakunya akan terkunci jika dosa telah bertambah banyak hingga akhirnya dia menjadi orang yang lalai. Demikianlah penafsiran sebagian Salaf terhadap firman Allah surat Al muthaffifin
كَلَّا ۖ بَلْ ۜ رَانَ عَلَىٰ قُلُوبِهِم مَّا كَانُوا۟ يَكْسِبُونَ
“ berkali-kali tidak! bahkan apa yang mereka kerjakan itu telah menutupi hati mereka
(Al Mutaffifin ayat ke-14)
Asal masalahnya, hati berkarat disebabkan maksiat. jika maksiat bertambah maka karat tadi menjadi penutup hati. Tutupan tersebut semakin lama semakin bertambah hingga akhirnya hati tertutupi, terkunci, dan tergembok. Demikian disampaikan Imam Ibnu Qayyim Al-jauziah
Bahasa sederhana kita ketaatan dengan kemaksiatan tidak akan pernah Berjalan seiring, seorang yang tidak mampu menahan pandangannya untuk melihat hal-hal yang diharamkan maka dipastikan tidak akan mampu merasakan nikmatnya pembaca Alquran, ilmu yang ada di dalam Alquran tidak akan masuk ke dalam hati yang penuh dengan noda-noda, dan bisa jadi alquran sudah enggan bersemayam di hati yang penuh dengan noda.
- Jangan Berlebihan
Selanjutnya untuk merasakan nikmatnya ibadah selain menjaga dari keharaman yang kedua adalah jangan berlebihan di dalam mengkonsumsi makanan dalam konteks hadis di bawah ini berlebihan dalam mengisi perut. ..
Dari Miqdam bin Ma’dikarib berkata: saya pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Tidak ada bejana yang diisi oleh manusia yang lebih buruk dari perutnya, cukuplah baginya memaakan beberapa suapan sejedar dapat menegakkan tulang punggungnya (memberi tenaga), jika tidak bisa demikian, maka hendaklah ia memenuhi sepertiga lambungnya untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga untuk bernafas”. (HR. At-Tirmidzi).
Imam Ibnu Rajab menuturkan” dikisahkan tatkala tabib terkenal Ibnu Abu Masawih membaca hadis ini beliau berkomentar, “Anda manusia mengamalkan kalimat-kalimat ini tentu mereka akan terbebas dari semua jenis penyakit”… Dia berkata demikian karena semua sumber penyakit memang kelebihan makanan. Kalimat senada diucapkan oleh Al Haris Bin Qiladah “ Diet itu pokok seluruh pengobatan, sedang perut yang terlalu kenyang adalah sumber segala penyakit.
Al Hafiz Ibnu Hajar Al-Asqalani menuliskan dalam Syarah Kitabul Jami’ bahwa Lukmanul Hakim berwasiat kepada anaknya “Wahai anakku jika lambung penuh maka Akal pun akan tertidur, hikmah akan lenyap dan tubuh akan malas beribadah kepada Allah”.
Hadis ini menjadi pelajaran besar bagi kita, untuk tidak berlebih-lebihan dalam mengkonsumsi makanan dan minuman. Waktu berbuka puasa bukan waktu untuk balas dendam karena seharian kita tidak makan dan minum dan dapat dipastikan jika seseorang terlalu berlebihan di dalam mengkonsumsi makanan dan minuman khususnya di waktu berbuka maka ia akan berat di dalam melaksanakan ibadah di malam hari baik salat ataupun Tilawah Alquran.
Jadi barangsiapa yang ingin merasakan manisnya Ramadhan dan mampu menikmati setiap momentum amal-amal di dalam Ramadhan jadikan dua nasehat Nabi ini menjadi pengingat kita untuk menjauhi hal yang haram dan menghindari berlebihan di dalam mengkonsumsi makanan.
Semoga Ramadhan ini menjadi Ramadan yang terbaik untuk kita dan kita dimudahkan di dalam melakukan setiap amal-amal terbaik karena kita sadar Ramadhan akan terus berjalan dengan ada dan tiadanya kita dan bisa jadi ini adalah Ramadhan terakhir bagi kita. Wallahu’alam
Tri Winarto. S.P.d.I. M.Pd.
Dosen Agama Islam Politeknik LP3I Jakarta
Direktur Pendidikan Pesantren Yaa Bunayya Purwakarta
Direktur Lembaga Dakwah Ibsi Institute