RADARCIKARANG.COM – Tersebar luas di berbagai media, mulai dari berita lokal hingga internasional yaitu konflik ‘Pengungsi Rohingya’, dan Indonesia, negara yang telah memperketat kebijakan imigrasinya, mempunyai peran dalam menangani krisis ini, dengan berbagai konsekuensi.
Kata pejabat informasi publik public information officer (UNHCR)Indonesia, Mitra Salima Suryono dalam keterangan tertulisnya “secara kumulatif sejak 14 november 2023, jumlah kedatangan pengungsi adalah sekitar 1.200 orang di beberapa titik di aceh, seperti pidie, bireuen, aceh timur, dan sabang” pada Minggu, 10 desember 2023.
Juru bicara kementrian luar negri (Kemlu) RI, Lalu Muhammad Iqbal, melalui keterangan tulisnya selasa (12/12/23), iqbal menegaskan terdapat 2 tindak pidana yang mendorong arus pengungsi rohingnya ke aceh, yakni penyelundupan orang dan perdagangan manusia.
Keberhasilan dan tantangan kebijakan kewarganegaraan terkait pengungsi Rohingya mencerminkan kompleksitas situasi saat ini.
kesuksesan:
- Pengakuan internasional:
Indonesia telah berhasil mendapatkan pengakuan internasional atas upaya kemanusiaannya terhadap pengungsi Rohingya. - Integrasi sosial:
Beberapa pengungsi telah berhasil berintegrasi ke dalam masyarakat Indonesia dan memberikan kontribusi positif terhadap keragaman budaya. - Bantuan kemanusiaan:
Upaya Indonesia untuk memberikan bantuan kemanusiaan menunjukkan kesediaan Indonesia untuk merespons krisis.
Indonesia juga mengalami beberapa tantangan dalam merespons kasus ini :
- Kapasitas penerimaan:
Meningkatnya jumlah pengungsi menimbulkan tantangan besar terhadap kemampuan Indonesia dalam menyediakan tempat tinggal, pendidikan dan layanan kesehatan. 2. Ketidakpastian kewarganegaraan: Ketidakpastian mengenai status kewarganegaraan pengungsi Rohingya menciptakan masalah hukum dan administratif yang memerlukan kejelasan politik yang lebih besar. 3. Tanggapan masyarakat: Ketegangan sosial seputar integrasi pengungsi Rohingya menunjukkan perlunya pendekatan holistik untuk mencapai penerimaan masyarakat yang lebih besar.
Tinjauan ini mengkaji bagaimana kebijakan kewarganegaraan Indonesia bagi pengungsi Rohingya berhasil menghadapi tantangan yang sulit. Dalam merumuskan kebijakan masa depan, Indonesia harus mempertimbangkan .
Pendekatan holistik untuk memastikan aksi kemanusiaan yang berkelanjutan dan keberhasilan integrasi sosial.
Protes terhadap bantuan makanan untuk pengungsi Rohingya, yang dilaporkan minim, mencerminkan ketegangan antara upaya kemanusiaan dan kebutuhan lokal di Indonesia.
- Keterbatasan sumber daya:
- Pengungsi Rohingya merupakan kelompok besar yang membutuhkan, sehingga sumber daya untuk memenuhi kebutuhan mereka terbatas.
- Dalam konteks ini, banyaknya pengungsi dapat membuat bantuan yang diberikan tidak mencukupi, karena besarnya krisis dan kebutuhan dasar mereka.
- Krisis kelaparan lokal:
- Demonstrasi menunjukkan distribusi sumber daya yang tidak merata dan menyatakan bahwa masyarakat Indonesia masih menderita kelaparan.
- Pertanyaan etis muncul dari pembagian sumber daya antara kelompok pengungsi dan penduduk lokal yang membutuhkan bantuan kemanusiaan.
- Kompleksitas pengelolaan berbagai kebutuhan:
-Pemerintah Indonesia mempunyai tugas yang sulit untuk mengelola kebutuhan ganda pengungsi Rohingya dan penduduk lokal yang membutuhkan bantuan serupa. – Penilaian politik harus memperhatikan proporsi bantuan yang diberikan kepada masing-masing kelompok sesuai dengan prinsip keadilan dan kebutuhan mendesak - Transparansi dan komunikasi:
- Pentingnya transparansi dalam alokasi sumber daya dan komunikasi pemerintah yang efektif dalam menjelaskan kebijakan kewarganegaraan dan distribusi bantuan.
-kurangnya informasi dapat meningkatkan ketegangan dan ketidakpuasan di kalangan masyarakat.
Pemahaman mendalam terhadap dinamika ini sangat penting untuk mengembangkan kebijakan yang seimbang dan memberikan solusi yang adil dalam memenuhi kebutuhan mendesak pengungsi Rohingya dan menjamin kesejahteraan warga negara Indonesia di tengah krisis kelaparan.
Warga negara Indonesia mungkin akan mengalami berbagai ketegangan dan tantangan terkait kehadiran pengungsi Rohingya di Indonesia. Beberapa pertimbangan yang mungkin mempengaruhi persepsi ini antara lain:
- Tingkat pengangguran:
-Kehadiran pengungsi Rohingya dapat dilihat sebagai faktor tambahan dalam pasar tenaga kerja Indonesia yang sudah kompetitif, sehingga menambah kekhawatiran terhadap meningkatnya tingkat pengangguran. - Persaingan antar penduduk setempat dalam mencari penghidupan:
- Masyarakat Indonesia mungkin mengalami stres karena terbatasnya sumber daya seperti pekerjaan, layanan kesehatan, dan pendidikan. 3. Ketidakpastian keamanan:
-Kehadiran pengungsi Rohingya dapat menimbulkan kesenjangan keamanan, terutama di lingkungan tempat tinggalnya. Hal ini dapat menimbulkan ketakutan dan kekhawatiran di kalangan warga sekitar.
- Beban keuangan daerah:
- Tambahan pengeluaran pemerintah untuk mendukung pengungsi Rohingya mungkin dianggap sebagai beban keuangan tambahan dan masyarakat Indonesia mungkin akan merasakan konsekuensinya melalui tindakan penghematan atau pemotongan layanan publik.
- Perubahan sosial dan budaya:
- Perubahan dinamika sosial dan budaya masyarakat lokal dapat menjadi beban tambahan. Perubahan ini mungkin melibatkan interaksi antara kelompok etnis, bahasa atau agama yang berbeda.
Dalam menanggapi kompleksitas isu pengungsi Rohingya di Indonesia, penting bagi kita semua untuk memupuk empati, memahami perbedaan, dan bersama-sama mencari solusi yang menghormati hak asasi manusia serta mendukung upaya kemanusiaan. Hanya dengan kolaborasi yang kokoh dan sikap inklusif kita dapat membentuk masa depan yang lebih baik, di mana setiap individu dihormati dan dilindungi.
*Penulis merupakan Mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Nama : Firqotu Naajiyah
Prodi : Komunikasi dan Penyiaran Islam
Fakultas : Dakwah dan Komunikasi
Kampus : UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Foto ilustrasi : kompas id