Allah menyebut ibu dalam ayat-Nya dengan kelembutan yang tidak biasa,
sebab pada dirinya tertanam kesabaran yang panjang dan cinta yang ikhlas.
“Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.”
(QS. Luqman: 14)
Ibu mengandung bukan hanya tubuh,
tetapi harapan, doa, dan ketakutan yang ia serahkan sepenuhnya kepada Allah.
Dalam lelahnya, ia bersabar.
Dalam sabarnya, ia berserah.
Ia mungkin tak selalu berkata benar,
namun cintanya selalu jujur.
Ia mungkin tak sempurna,
namun Allah menjadikan baktinya jalan kemuliaan.
“Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada-Kulah kembalimu.”
(QS. Luqman: 14)
Maka mencintai ibu bukan sekadar perasaan,
ia adalah ibadah.
Menghormatinya bukan kebiasaan,
melainkan perintah langit.
Hari ini, di Hari Ibu,
kita tidak hanya mengucap terima kasih,
tetapi menundukkan hati—
memohon agar Allah menjaga ibu-ibu kami,
menguatkan langkah mereka,
mengampuni kekurangan mereka,
dan menjadikan rida mereka sebagai sebab rida-Nya.
Selamat Hari Ibu.
Untuk ibu,
yang dengan sabarnya
mengajarkan kami makna syukur,
sebelum kami benar-benar mengenal dunia.


















