floating
floating
Example 728x250
BeritaKomuniti

Jalsah Salanah 2025: Silaturahmi, Spiritualitas, dan Pesan Kebangsaan dalam Tasyakur 100 Tahun Ahmadiyah

2
×

Jalsah Salanah 2025: Silaturahmi, Spiritualitas, dan Pesan Kebangsaan dalam Tasyakur 100 Tahun Ahmadiyah

Share this article
Tasyakur 100 Tahun Ahmadiyah
iklanExample 468x60

RADARCIKARANG, Tambun, Bekasi — Jalsah Salanah Jemaat Muslim Ahmadiyah Indonesia digelar serentak pada 5–7 Desember 2025 di puluhan titik lokasi seluruh negeri. Tahun ini, Jalsah diselenggarakan sebagai bentuk syukur memasuki usia 100 tahun Ahmadiyah berada di Indonesia. Di Bekasi Raya, para anggota berkumpul di Masjid Mubarak Tambun, tempat acara tahunan ini digelar.

Ketua Panitia Jalsah, dr. Deden Djatnika, menjelaskan bahwa tradisi Jalsah Salanah telah berlangsung sejak 1891 pada masa pendiri Jemaat Ahmadiyah, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as., dan terus dilestarikan hingga saat ini. Ia menyampaikan bahwa rangkaian kegiatan Jalsah meliputi silaturahmi, ceramah keagamaan yang menekankan peningkatan moral dan spiritual, serta praktek ibadah seperti salat lima waktu, salat sunah, zikir, doa bersama, dan salat tahajud. Refleksi dan peningkatan hubungan dengan Allah Taala (Haqqullah) dan hubungan dengan sesama manusia (Huququl ‘Ibad). Jalsah juga menampilkan pameran literatur dan berbagai aktivitas komunitas.

ads content

dr. Deden menambahkan bahwa Jalsah Bekasi Raya tahun ini dihadiri oleh anggota dari Bekasi, Tambun, Cikarang, Bojong, Karawang, hingga Cikampek, dengan jumlah peserta mendekati 1.000 orang.

Dalam salah satu sesi pidato, Mln. Muhammad Ali, Mubaligh Ahmadiyah, menegaskan tujuan Jalsah “Jalsah ditetapkan untuk meningkatkan ilmu, mempererat silaturahmi, serta memperbaiki ibadah dan akhlak,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa kesadaran setiap Ahmadi atas tanggung jawabnya akan membawa masa depan Jemaat yang lebih cemerlang.

Sementara itu, Gilang Kusuma, Tim Juru Bicara Ahmadiyah Wilayah Bekasi Raya, menegaskan bahwa Jalsah bukan sekadar silaturahmi, tetapi juga wujud nyata pengabdian dan kemanusiaan.

“Banyak anggota secara sukarela meluangkan waktu di tengah kesibukannya. Dari panitia akomodasi hingga konsumsi, dari dokter, karyawan, ibu rumah tangga, orang tua hingga anak-anak, semuanya turun membantu demi terselenggaranya acara yang penuh berkat ini”. ujarnya.

Ia menambahkan bahwa Jemaat Ahmadiyah juga senantiasa membangun persahabatan dan kolaborasi dalam bidang perdamaian, kemanusiaan, serta lingkungan bersama berbagai komunitas dan unsur pemerintahan.

Dari unsur tokoh masyarakat, Sandi Siswantoro, Ketua FPKUB Grand Wisata dan sekitarnya, memberikan apresiasi atas kontribusi Ahmadiyah dalam kerukunan.

“Status minoritas bukan alasan untuk minder. Ahmadiyah punya potensi besar memperkuat kerukunan dan moderasi beragama di Bekasi,” ucapnya. Ia memastikan FPKUB siap bersinergi dalam program sosial demi terciptanya warisan damai.

Dari perspektif kebangsaan, Nia Sjarifudin, Aliansi Nasional Bhinneka Tunggal Ika mengajak Jemaat Ahmadiyah untuk semakin percaya diri.

“Pengalaman kurang menyenangkan tidak boleh melemahkan keyakinan. Konstitusi kita menjamin kebebasan beragama,” tegasnya.

Ia juga mengingatkan kontribusi panjang Ahmadiyah bagi Indonesia, seperti keterlibatan tokoh Ahmadiyah dalam penciptaan lagu Indonesia Raya dan penerjemahan Al-Qur’an dari berbagai bahasa.

“Pegang prinsip ‘Love for All, Hatred for None’. Jadilah 100% Ahmadiyah, 100% Indonesia,” katanya.

Selaras dengan itu, K.H Nurul Huda Haem, Pengasuh Pesantren Motivasi Indonesia, menyampaikan pesan moral dan kemanusiaan.

“Keluarga adalah tiang negara. Jika keluarga rusak, negara ikut rusak,” ujarnya. Ia juga menekankan Islam sebagai rahmat bagi semua. Tidak cukup menjadi orang saleh. Jadilah muslih, pembawa perubahan. Ia menutup dengan pesan menjaga bumi dan berbuat kebaikan tanpa menunda.

Pada hari ketiga, Jemaat Ahmadiyah memberikan santunan kepada anak-anak yatim di wilayah Tambun sebagai bagian dari komitmen sosial. Kegiatan kemudian ditutup dengan siaran nasional yang terhubung ke seluruh Indonesia.

Dalam pidato penutupan, Amir Nasional JAI, Zaki Firdaus Syahid, menegaskan kembali makna baiat, pentingnya persatuan, serta semangat memasuki abad kedua Ahmadiyah di Indonesia. Ia mengutip seruan Al-Qur’an dalam QS. Ali Imran ayat 103 agar umat Islam berpegang teguh pada tali Allah dan menjauhi perpecahan. Ia juga mengajak para Ahmadi untuk mewakafkan waktu dalam membantu sesepuh, orang sakit, dan mendampingi anak-anak melalui Rumah Belajar.

Secara nasional, Jalsah Salanah 2025 dihadiri sekitar 20.000 lebih peserta di 23 lokasi. Penutupan disertai apresiasi kepada pemerintah pusat dan daerah, aparat keamanan, tokoh agama, serta seluruh panitia yang memastikan kelancaran Jalsah di berbagai wilayah.

Acara Tasyakur 100 Tahun Jemaat Muslim Ahmadiyah Indonesia di Tambun juga dihadiri berbagai tokoh lintas agama, lembaga, dan organisasi masyarakat. Hadir Ketua MUI Tambun Selatan, Cikarang Utara dan Cikarang Timur, perwakilan KUA Tambun Selatan, FPKUB Grand Wisata, Turut juga hadir dari Pemerintah Setempat Drs. Sopian Hadi, MM (Camat Tambun Selatan), Kompol Wuryanti., SH., MH (Kapolsek Tambun Selatan), Jayadi Said (Kepala Desa Mangunjaya).

Hadir pula sejumlah tokoh nasional dan pemerhati kebebasan beragama, di antaranya Andreas Harsono (Human Rights Watch), Nia Sjarifuddin (Ketua Aliansi Nasional Bhinneka Tunggal Ika), Fadhil Alfatan (LBH Jakarta), Ade Armando (Cokro TV) serta Tantowi Anwari

dari Media KabarSejuk. Para tokoh ini menyampaikan apresiasi atas penyelenggaraan Jalsah Salanah dan Tasyakur 100 Tahun Ahmadiyah sebagai ruang dialog, silaturahmi, dan penguatan nilai kebangsaan.

Kehadiran para pemimpin agama, akademisi, aktivis, dan aparat keamanan memperlihatkan semangat kolaborasi dalam merawat kerukunan serta mendukung peran Jemaat Ahmadiyah sebagai bagian dari masyarakat Indonesia yang majemuk.

Sofia Farzanah

Example 120x600

Tidak diijinkan untuk mengkopi konten

You cannot copy content of this page