floating
floating
Example 728x250
BeritaOpiniPendidikan

Kolaborasi Orangtua dan PAUD dalam Perlindungan Anak di Era Digital

16
×

Kolaborasi Orangtua dan PAUD dalam Perlindungan Anak di Era Digital

Share this article
ilustrasi radarcikarang
Example 468x60

Penulis :  Lilis Suryani,  Kurniasari, Ida Rarawati, Siti Utami Agustina

Di zaman serba digital seperti sekarang, anak-anak kita tidak hanya bermain di halaman rumah,  lapangan atau  bermain di taman bermain,tetapi juga menjelajah dunia maya dari balik layar. Era digital telah mengubah cara anak-anak berinteraksi dengan dunia sekitar mereka. Di balik kemudahan akses informasi dan hiburan, tersembunyi berbagai risiko seperti cyberbullying, paparan konten tidak pantas, hingga eksploitasi data pribadi Dunia digital memang menawarkan berbagai peluang edukatif, tetapi di sisi lain juga menyimpan ancaman yang tidak bisa diabaikan terutama dampaknya terhadap anak – anak usia dini. Pertanyaannya, siapa yang bertanggung jawab melindungi anak dari risiko-risiko tersebut? Jawabannya: kita semua. Tapi yang paling utama adalah kolaborasi antara orangtua dan lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sebagai garda terdepan.

ads content

 Artikel ini mengulas pentingnya kemitraan antara orangtua dan lembaga PAUD dalam membangun benteng perlindungan bagi anak-anak kita. Dengan memadukan pengawasan di rumah dan sekolah, mengajarkan keterampilan digital secara bertahap, dan menjaga komunikasi terbuka tentang pengalaman anak di dunia maya, kita dapat membantu mereka memanfaatkan teknologi secara sehat dan bertanggung jawab.

Saat ini, hampir tidak mungkin menjauhkan anak-anak dari perangkat digital. Bahkan balita pun sudah mahir menggeser layar smartphone untuk menemukan video favorit mereka. Kemudahan akses ini membawa dilema tersendiri bagi para orangtua dan pendidik. Di satu sisi, teknologi menawarkan peluang pembelajaran yang luar biasa; di sisi lain, dunia digital penuh dengan jebakan yang mengancam keamanan dan kesejahteraan anak.

Menurut pengamatan di beberapa PAUD di Indonesia, anak-anak usia 3-6 tahun kini sudah terbiasa dengan perangkat digital seperti tablet dan smartphone. Fenomena ini tidak hanya terjadi di perkotaan, tetapi juga mulai merambah ke daerah pinggiran. Orangtua sering kali memberikan gadget sebagai “pengasuh digital” ketika mereka sibuk, tanpa menyadari dampak jangka panjangnya.

Perkembangan Teknologi dan Akses Anak

Perkembangan teknologi telah mengubah lanskap bermain dan belajar anak-anak. Dulu, anak-anak menghabiskan waktu bermain di luar rumah, berinteraksi dengan teman sebaya, dan belajar dari pengalaman langsung. Kini, banyak waktu mereka dihabiskan di depan layar.Berdasarkan pengamatan di lapangan, anak-anak prasekolah sekarang sudah sangat terampil mengoperasikan perangkat digital. Mereka bisa mencari video di YouTube, memainkan game sederhana, dan bahkan menggunakan aplikasi pembelajaran interaktif. Kemampuan ini tentu mengagumkan, tetapi juga menimbulkan kekhawatiran tentang dampaknya terhadap perkembangan sosial, emosional, dan fisik mereka.

Beberapa PAUD progresif telah mulai mengintegrasikan teknologi ke dalam pembelajaran, seperti menggunakan aplikasi edukasi atau video pembelajaran. Namun, tanpa panduan yang tepat, manfaat ini bisa tertutupi oleh dampak negatifnya.

Dunia anak-anak hari ini sangat berbeda dengan generasi sebelumnya. Saat kami berkunjung ke rumah keponakan kami yang berusia 4 tahun, kami  terkejut melihatnya dengan lancar menggeser layar tablet untuk mencari video lagu kesukaannya. Tanpa bantuan, dia bahkan bisa membuka aplikasi pembelajaran dan memainkan game edukasi sederhana. Fenomena “anak digital” seperti ini kini menjadi pemandangan umum di banyak keluarga Indonesia. Dunia anak-anak hari ini sangat berbeda dengan generasi sebelumnya.

Perubahan Pola Bermain dan Belajar

Perubahan ini membawa transformasi besar dalam cara anak bermain dan belajar. Permainan tradisional seperti petak umpet, congklak, atau gobak sodor yang dulu populer, kini semakin jarang dimainkan. Sebagai gantinya, anak-anak lebih memilih game digital yang menawarkan stimulasi visual dan auditori yang intens. Namun, bermain dengan layar terlalu lama bisa membuat anak kurang bergerak. Akibatnya, perkembangan motorik kasar jadi terhambat. Selain itu, risiko paparan konten yang tidak sesuai usia—seperti kekerasan atau bahasa kasar—juga meningkat jika tidak ada pendampingan dari orang dewasa (Azizah et al., 2024).

Pola belajar pun berubah. Buku cerita fisik mulai bersaing dengan aplikasi bercerita interaktif. Menggambar di kertas kadang kalah menarik dibanding melukis di aplikasi digital yang menawarkan berbagai efek dan warna. Di beberapa PAUD progresif, papan tulis konvensional telah dilengkapi dengan proyektor atau layar interaktif. Namun, belajar dengan layar juga punya tantangan. Tidak semua anak bisa fokus belajar mandiri tanpa interaksi langsung dengan guru. Kurangnya kontrol juga bisa membuat anak mudah terganggu atau justru mengakses aplikasi hiburan selama waktu belajar.

Akses yang Semakin Mudah dan Murah

Faktor utama yang mendorong perubahan ini adalah semakin mudah dan murahnya akses terhadap teknologi digital. Harga perangkat seperti tablet dan smartphone semakin terjangkau, dengan banyak pilihan mulai dari yang premium hingga yang ekonomis. Koneksi internet pun semakin meluas, bahkan di daerah-daerah yang sebelumnya terisolasi.

Selain itu, aplikasi dan konten untuk anak semakin berlimpah. Dari video pembelajaran, game edukasi, hingga buku digital, semua tersedia dengan mudah dan sering kali gratis. Orangtua yang sibuk terkadang memanfaatkan kemudahan ini sebagai “pengasuh digital” yang praktis. Selain itu, aplikasi dan konten untuk anak semakin berlimpah. Dari video pembelajaran, game edukasi, hingga buku digital, semua tersedia dengan mudah dan sering kali gratis. Orangtua yang sibuk terkadang memanfaatkan kemudahan ini sebagai “pengasuh digital” yang praktis.

Ancaman di Era Digital yang Mengintai Anak-anak

Di era digital saat ini , anak-anak usia dini semakin intens terpapar teknologi. Survei UNICEF menunjukkan bahwa sekitar 40% anak Indonesia usia 5–12 tahun telah menggunakan internet dengan rata-rata waktu harian mencapai 5,4 jam—angka yang terus bertambah seiring kemudahan akses teknologi (Pikiran Rakyat, 2025). Walaupun teknologi digital membawa sejumlah manfaat, risiko dan ancaman terhadap anak pun semakin kompleks jika tidak diiringi pengawasan dan kolaborasi yang memadai antara orangtua dan lembaga PAUD. Beberapa ancaman utama meliputi :

1. Paparan konten tidak pantas

Tidak jarang anak-anak secara tidak sengaja menemukan konten kekerasan atau pornografi saat menjelajah internet. Tanpa pengawasan yang ketat dari orangtua ,anak bisa mengakses konten tidak layak seperti kekerasan, pornografi, dan ujaran kebencian. Bahkan, anak bisa saja mengikuti beberapa tantangan atau chalange yang viral di media sosial yang dapat mendorong anak untuk melakukan aksi yang membahayakan diri sendiri (UII Informatics, 2024).

2.  Cyberbullying dan eksploitasi online

Perundungan tidak lagi hanya terjadi secara fisik, tetapi juga secara daring. Sekitar sepertiga anak dan remaja di dunia mengaku pernah mengalami cyberbullying, dan satu dari lima anak memilih absen dari sekolah karenanya (Digital Citizenship, 2025). Akses internet yang sangat mudah bagi siapa saja dapat membuka celah baru bagi pelaku kekerasan seksual daring. UNICEF mengungkapkan bahwa mayoritas anak di berbagai negara mengaku merasa terancam oleh potensi eksploitasi seksual online. Di Indonesia, lebih dari 15.000 kasus kekerasan seksual daring terhadap anak telah dilaporkan melalui sistem Simfoni PPA (Pikiran Rakyat, 2025)

3. Kehilangan privasi dan penyalahgunaan data

Anak-anak sering tidak menyadari pentingnya menjaga informasi pribadi. Mereka bisa dengan mudah memberikan detail seperti nama lengkap, alamat, atau bahkan foto keluarga kepada orang asing di internet.

4. Gangguan emosi dan perilaku

Anak yang terkena paparan layar secara berlebihan akan  berdampak pada kesehatan: mulai dari kelelahan mata, sulit tidur, sakit kepala, hingga obesitas karena minim aktivitas fisik (Diskominfo Kediri, 2020).

Peran Orangtua dalam Era Digital

Orangtua adalah garis pertahanan utama dalam melindungi anak di era digital. Beberapa strategi yang bisa diterapkan:

1. Pendampingan aktif, bukan sekadar pengawasan

Orangtua mendampingi anak saat  mengakses berbagai platform di media social. Serta memberikan arahan mana saja tontonan yang pantas dan tidak pantas  meskipun tontonan itu saat ini sedang viral , apabila tidak pantas untuk anak sebaiknya orangtua menjelaskan dengan Bahasa yang mudah dimengerti anak kenapa tontonan tersebut tidak layak untuk ditiru.

2. Batasan waktu dan konten yang jelas

Menetapkan aturan yang konsisten tentang kapan dan berapa lama anak boleh menggunakan gadget. Beberapa keluarga menerapkan “zona bebas gadget” seperti ruang makan atau kamar tidur.

3. Menjadi teladan digital yang baik

Anak-anak belajar dari apa yang mereka lihat. Jika orangtua terus-menerus memandangi smartphone, sulit rasanya mengharapkan anak untuk tidak melakukan hal yang sama.

4. Membangun komunikasi terbuka

Menciptakan lingkungan di mana anak merasa nyaman menceritakan pengalaman digital mereka, termasuk hal-hal yang membuat mereka takut atau tidak nyaman.

Peran PAUD dalam Pendidikan Digital

Lembaga PAUD memiliki posisi strategis dalam membantu anak dan keluarga menghadapi tantangan era digital:

1. Kurikulum literasi digital yang sesuai usia

TK Ceria di Jakarta telah mengembangkan program “Kenal Digital” yang mengajarkan konsep dasar keamanan online melalui permainan peran dan cerita.

2. Pelatihan untuk pendidik

Guru PAUD perlu dibekali pengetahuan tentang teknologi terkini dan cara mengintegrasikannya ke dalam pembelajaran secara sehat.

3. Edukasi orangtua

PAUD Mentari di Bandung rutin mengadakan seminar parenting digital untuk membantu orangtua memahami cara mendampingi anak di era digital.

4.  Kebijakan penggunaan teknologi yang jelas

Beberapa PAUD telah mengembangkan panduan tentang penggunaan teknologi di kelas, termasuk batasan waktu dan jenis aplikasi yang digunakan.

Membangun Kolaborasi Efektif antara Orangtua dan PAUD

Dalam menghadapi era digital ini, kolaborasi antara orang tua dan pendidik sangat penting. Orang tua tidak bisa menyerahkan pendidikan sepenuhnya kepada sekolah, begitu pula sebaliknya.Kerjasama antara orangtua dan PAUD sangat penting untuk menciptakan lingkungan digital yang aman. Franka Makarim, aktivis anak dan istri Menteri Pendidikan RI, dalam wawancaranya di portal Kemendikbud, menekankan pentingnya menciptakan lingkungan digital yang aman bagi anak. Ia mengajak orang tua dan guru untuk bekerja sama membimbing anak agar bisa menikmati manfaat teknologi tanpa kehilangan nilai-nilai sosial dan budaya (Paudpedia, 2024).

 Peran kolaboratif  antara orangtua dan Lembaga PAUD di era digital dapat dilakukan dengan berbagai cara , antara lain :

1. Komunikasi aktif dan terbuka

Kolaborasi antara orangtua dan Lembaga PAUD dimulai dari komunikasi yang baik. Grup whatsapp orangtua, pertemuan rutin dengan orangtua menjadi alat dan media yang penting untuk menyampaikan perkembangan anak, tantangan yang dihadapi serta mencari solusi Bersama antara orangtua dan pihak sekolah sehingga mempunyai pola pengasuhan yang sama baik di rumah maupun di sekolah.

2. Program Parenting digital.

Dengan pesatnya perkembangan tehnologi yang ada sekarang ini, Orangtua perlu dibekali cara penggunaan teknologi, aplikasi kontrol orangtua, dan kiat – kiat dalam menghadapi tantangan keamanan online.

3.  Pendampingan dan edukasi digital

Guru PAUD dan orangtua bisa membekali anak  tentang literasi digital. Beberapa hal yang perlu anak ketahui saat menggunakan gadget atau gawai yaitu anak  mengenali konten  yang aman dan manasaja yang bisa di akses oleh anak , serta orangtua dapat  menerapkan durasi layar yang sehat.

4.  Aturan konsisten dan komunikasi jelas

Orangtua di rumah dapat membuat kesepakatan bersama soal jam layar  atau berapa lama anak boleh bermain gadget , dan jenis konten  apa saja yang boleh di akses oleh anak,  hal ini diciptakan bersama antara pihak sekolah  dan orangtua di rumah , sehingga   menciptakan lingkungan yang konsisten.

Kesimpulan

Era digital telah mengubah cara anak-anak belajar dan bermain. Dengan tantangan baru ini, kolaborasi antara orangtua dan PAUD menjadi lebih penting dari sebelumnya. Melalui pendekatan yang seimbang—tidak menolak teknologi secara total namun juga tidak membiarkannya tanpa pengawasan—kita dapat membantu anak-anak memanfaatkan potensi positif dunia digital sambil meminimalkan risikonya. Data menunjukkan betapa seriusnya dampak era digital terhadap perkembangan anak usia dini. Orangtua dan PAUD harus bekerja sama secara kohesif—orangtua mendampingi di rumah, PAUD membimbing di sekolah, kedua pihak terus berdialog, dan mendukung satu sama lain. Dengan begitu, teknologi tak lagi menjadi ancaman, melainkan alat edukasi yang memperkuat tumbuh kembang anak.Kolaborasi ini bukan sekadar pilihan, melainkan kebutuhan.Yang terpenting, baik orangtua maupun pendidik perlu terus memperbarui pengetahuan mereka tentang perkembangan teknologi dan dampaknya terhadap anak-anak. Dengan pemahaman yang lebih baik, kita dapat membimbing generasi digital ini menuju masa depan yang lebih cerah dan aman.

Referensi

Azizah, E., Aisah, S., & Laila, F. (2024). Pengaruh teknologi, gadget terhadap perkembangan  anak. Jurnal Ilmiah PGMI STAI Al-Amin, 3(1), 70–74. https://ejournal.staialamin.ac.id/index.php/pgmi

Digital Citizenship. (2025, Maret 27). Lindungi anak dari ancaman digital: Strategi & regulasi global. https://digitalcitizenship.id/tips-trik/lindungi-anak-dari-ancaman-digital

Diskominfo Kabupaten Kediri. (2020, Januari 30). Dampak negatif gadget bagi anak-anak. https://diskominfo.kedirikab.go.id/baca/dampak-negatif-gadget-bagi-anakanak

Paudpedia. (2024, Februari 15 ). Franka Makarim: Perkuat kolaborasi orangtua dan pendidik ciptakan lingkungan digital aman. Paudpedia Kemendikbudristek. https://paudpedia.kemendikdasmen.go.id/berita/franka-makarim-perkuat-kolaborasi-orangtua-dan-pendidik

Pikiran Rakyat. (2025,  Maret 6). Ancaman digital pada anak. Pikiran Rakyat. https://koran.pikiran-rakyat.com/pendidikan/pr-3039127243/ancaman-digital-pada-anak

Universitas Islam Indonesia (UII) Informatika. (2024, Juni 12). Memperkenalkan internet kepada anak usia dini: Baik atau buruk? Informatika UII. https://informatics.uii.ac.id/2024/06/12/memperkenalkan-internet-kepada-anak-usia-dini-baik-atau-buruk/

Example 120x600

Tidak diijinkan untuk mengkopi konten

You cannot copy content of this page