Radarcikarang.com, Jember – Capaian luar biasa berhasil diraih oleh Rudi Sugianto, petani asal Desa Sempolan, Kecamatan Silo, Kabupaten Jember, yang mencatat hasil panen padi mencapai 9,7 ton per hektare. Angka ini menjadi rekor tertinggi di wilayah tersebut dalam puluhan tahun terakhir, di mana rata-rata produktivitas petani sebelumnya hanya berkisar 5 ton per hektare, dan angka tertinggi sebelumnya mencapai 7 ton.
Keberhasilan Rudi tak lepas dari pendampingan Abdul Latief, praktisi pertanian dari Swadaya Petani Indonesia (SPI). Melalui penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) SPI, Rudi mengikuti metode bobot dua kali semprot, yang terbukti mampu meningkatkan efisiensi dan produktivitas hasil panen.
“Dengan mengikuti SOP dari SPI, hasil panen kami naik signifikan. Dulu paling tinggi 7 ton per hektare, sekarang bisa tembus 9,7 ton,” ujar Rudi Sugianto, Kamis (6/11/25).
Ketua Umum SPI, Jaenal Abidin Aditya, yang dikenal berasal dari Bogor, menyampaikan bahwa keberhasilan ini merupakan hasil nyata dari penerapan ilmu pertanian terukur dan berimbang yang diajarkan oleh SPI kepada para petani di berbagai daerah.
“SPI fokus pada pengolahan lahan yang baik dan penggunaan pupuk secara seimbang. Dua hal ini menjadi fondasi utama keberhasilan panen,” jelas Jaenal Abidin Aditya.
Menurut Jaenal, SPI aktif memberikan pendampingan dan pelatihan keilmuan kepada petani, meliputi empat aspek utama:
Ilmu tanah, untuk memahami karakter dan kebutuhan lahan.
Ilmu budidaya, agar petani menerapkan pola tanam yang tepat.
Ilmu pemupukan, guna menyesuaikan komposisi dan dosis pupuk secara efisien.
Ilmu perawatan, agar tanaman terhindar dari hama dan penyakit.
“SPI hadir untuk membantu petani menjadi mandiri, produktif, dan berdaya saing tinggi,” tambahnya.
Keberhasilan Rudi Sugianto di Desa Sempolan ini diharapkan menjadi contoh inspiratif bagi petani lain di Kabupaten Jember dan daerah sekitarnya untuk menerapkan SOP pertanian modern yang berbasis keilmuan dan keseimbangan lahan.


















